Jembatan Gokteik Myanmar Era Kolonial Inggris Hancur Akibat Ledakan, Junta Saling Tuding dengan Kelompok Antikudeta – Jembatan Gokteik, sebuah jembatan bersejarah peninggalan kolonial Inggris yang pernah menjadi ikon transportasi di Myanmar, dilaporkan hancur akibat ledakan besar. Junta militer Myanmar menyebut penghancuran jembatan itu dilakukan oleh kelompok bersenjata antikudeta, sementara pihak pemberontak justru menuding junta sebagai dalang di balik peristiwa tragis tersebut.
Kabar ini sontak menjadi perhatian internasional karena jembatan Gokteik bukan hanya bagian dari sejarah panjang Myanmar, tetapi juga dikenal sebagai salah satu jembatan kereta api tertinggi di dunia pada masanya.
Konflik Berkepanjangan Pasca Kudeta 2021
Sejak kudeta militer yang terjadi pada Februari 2021, Myanmar terjerumus dalam konflik berkepanjangan. Militer menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi dan mengambil alih kekuasaan penuh.
Tindakan ini memicu perlawanan luas dari berbagai kelompok, mulai dari gerakan prodemokrasi, pasukan etnis bersenjata, hingga masyarakat sipil yang membentuk kelompok milisi. Perlawanan itu kini berkembang menjadi perang saudara yang membuat situasi Myanmar semakin tak menentu.
Menurut laporan PBB, puluhan ribu orang tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi sejak pecahnya konflik. Infrastruktur, ekonomi, dan stabilitas politik Myanmar pun kian hancur.
Versi Junta Militer: Diledakkan oleh Pasukan Antikudeta
Juru bicara junta militer Myanmar, Zaw Min Tun, dalam pernyataan video menegaskan bahwa jembatan Gokteik hancur akibat serangan kelompok bersenjata. Ia menyebut Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) bekerja sama dengan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) menanam ranjau dan meledakkan jembatan tersebut.
“Kelompok teroris antikudeta telah mengebom dan menghancurkan jembatan Gokteik. Serangan ini bertujuan merusak jalur transportasi dan memperburuk kondisi keamanan negara,” ujar Zaw Min Tun.
Junta menilai, penghancuran jembatan bukan hanya merugikan militer, tetapi juga warga sipil. Pasalnya, jembatan itu menjadi penghubung penting antara Mandalay dan Negara Bagian Shan di utara Myanmar.
Bantahan dari Pihak Pemberontak
Di sisi lain, TNLA justru membantah keras tuduhan tersebut. Juru bicara TNLA, Lway Yay Oo, mengatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak melakukan pengeboman jembatan.
Menurutnya, justru pasukan junta yang melakukan serangan udara menggunakan drone dan bom, yang secara tidak sengaja mengenai jembatan Gokteik.
“Pagi ini, pasukan junta menargetkan pangkalan kami dengan drone. Namun, bom mereka juga jatuh ke jembatan dan merusaknya. Jadi, bukan kami yang mengebom,” jelas Lway Yay Oo.
Pernyataan ini menunjukkan adanya saling tuding antara junta dan kelompok antikudeta, memperkeruh situasi yang sudah panas di kawasan tersebut.
Sejarah Jembatan Gokteik
Jembatan Gokteik memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi Myanmar. Dibangun pada tahun 1901 di masa kolonial Inggris, jembatan ini berdiri di atas ngarai Gokteik dengan ketinggian sekitar 102 meter (334 kaki).
Saat diresmikan, jembatan ini menjadi jembatan kereta api tertinggi di dunia dan menjadi salah satu keajaiban teknik sipil di Asia Tenggara. Hingga kini, Gokteik masih dikenal sebagai jembatan kereta api tertinggi di Myanmar dan menjadi destinasi wisata populer karena pemandangannya yang spektakuler.
Selain menjadi jalur vital transportasi kereta api dari Mandalay menuju Negara Bagian Shan, jembatan ini juga kerap dikunjungi wisatawan asing yang tertarik dengan sejarah dan keindahan alam sekitarnya.
Dampak Hancurnya Jembatan Gokteik
Kerusakan jembatan Gokteik tidak hanya menjadi kehilangan bagi sejarah dan pariwisata Myanmar, tetapi juga berdampak besar pada kehidupan masyarakat.
-
Transportasi Terganggu
Jalur kereta api yang menghubungkan Mandalay dengan wilayah utara kini terputus. Hal ini menyulitkan distribusi barang, termasuk kebutuhan pokok. -
Ekonomi Melemah
Wilayah Shan dan Mandalay sangat bergantung pada jalur kereta ini untuk perdagangan hasil bumi. Dengan rusaknya jembatan, biaya logistik meningkat drastis. -
Pariwisata Terhenti
Jembatan Gokteik merupakan daya tarik wisata internasional. Kerusakannya membuat wisatawan tidak lagi bisa menikmati perjalanan kereta yang melewati jembatan tersebut. -
Psikologis Masyarakat
Kehancuran simbol sejarah seperti Gokteik menambah trauma bagi masyarakat yang sudah lelah menghadapi konflik bertahun-tahun.
Pertempuran di Sekitar Gokteik
Daerah sekitar jembatan, terutama kota Nawnghkio dan Kyaukme, dalam beberapa minggu terakhir menjadi medan pertempuran sengit antara pasukan junta dan TNLA.
Pada Juli lalu, junta mengklaim telah berhasil merebut kembali Nawnghkio setelah serangan besar-besaran. Namun, bentrokan masih terus berlangsung hingga sekarang. Kehancuran Gokteik semakin menandai betapa intensifnya perang di wilayah Shan.
Reaksi Internasional
Hancurnya jembatan bersejarah ini juga mendapat perhatian dari komunitas internasional. Banyak pihak mengecam tindakan kekerasan berlebihan yang justru merusak warisan budaya dan infrastruktur vital.
Beberapa pengamat menyebut peristiwa ini dapat memperburuk citra junta militer yang sudah menuai banyak kecaman dunia. PBB dan organisasi HAM internasional sebelumnya juga berulang kali mendesak junta Myanmar untuk menghentikan penggunaan kekerasan terhadap warga sipil.
Masa Depan Gokteik dan Myanmar
Pertanyaan besar kini muncul: apakah jembatan Gokteik akan bisa dibangun kembali? Mengingat kondisi perang yang masih berlangsung, upaya rekonstruksi tampaknya akan sangat sulit dilakukan.
Selain itu, konflik Myanmar yang tak kunjung usai membuat masa depan infrastruktur dan pembangunan negara tersebut semakin suram. Tanpa adanya dialog politik yang nyata, Myanmar berisiko terjebak dalam siklus kekerasan berkepanjangan.
Kesimpulan
Hancurnya Jembatan Gokteik di Myanmar menjadi simbol nyata betapa parahnya dampak konflik bersenjata yang melanda negara itu sejak kudeta militer tahun 2021. Dengan nilai sejarah dan peran vitalnya dalam transportasi serta pariwisata, kerusakan jembatan ini bukan sekadar kehilangan fisik, tetapi juga kehilangan identitas bangsa.
Baik junta maupun kelompok antikudeta kini saling menuding atas tragedi tersebut. Namun, yang paling merasakan dampaknya tetaplah rakyat Myanmar, yang harus menanggung penderitaan akibat konflik yang tak kunjung usai.
Dunia internasional pun kembali diingatkan bahwa perang hanya menyisakan kehancuran, bukan solusi. Nasib Jembatan Gokteik kini menjadi saksi bisu dari krisis panjang yang melanda Myanmar.